KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE
I.
Letak
Secara
geografis kerajaan ternate dan tidore terletak di sebelah barat Pulau Halmahera, Maluku Utara antara sulawesi dan irian jaya. Wilayah kekuasaan kedua kerajaan ini meliputi Kepulauan Maluku dan
sebagian Papua. Pembagian wilayah
kekuasaan dari kedua kerajaan tersebut adalah sebagai berikut : Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai
oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan Banggai di Sulawesi, dan
sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh Kesultanan Ternate.
II.
Raja-Raja Yang Memerintah
Berikut beberapa raja yang memerintah kerajaan Ternate :
1.
SULTAN KHAIRUN
Sultan Khairun memerintah
kerajaan Ternate pada 1550-1570. Sultan Khairun menentang perilaku bangsa
portugis yang saat itu yang memberlakukan politik monopoli. Secara
terang-terangan Sultan menentang politik yang diberlakukan Portugis pada saat
itu. Selain itu Sultan Kahirun juga menentang ajaran agama yang dibawa oleh
bangsa portugis. Karena ternyata bangsa Portugis tidak hanya berdagang
melainkan juga berusaha melakukan penyebaran terhadap agama mereka. Ketidaksetujuan
Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk kekerasan, sebaliknya Sultan
Haitun bersedia berunding dengan Portugis di Benteng Sao Paolo. Ternyata niat
baik Sultan Hairun dimanfaatkan Portugis untuk menahannya di benteng tersebut. Keesokan harinya Sultan Hairun telah terbunuh
hal ini terjadi pada tahun 1570.
Keberhasilan Sultan Khairun selama menjadi
pemimpin di Kerajaan Ternate dapat dilihat saat Sultan
Khairun berhasil memperluas daerah
kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.
2.
SULTAN BAABULAH
Dengan kematian Sultan Hairun, maka rakyat Maluku semakin membenci
Portugis, dan kembali melakukan penyerangan terhadap Portugis yang dipimpin
oleh Sultan Baabullah pada tahun 1575. Perlawanan ini lebih hebat dari
sebelumnya sehingga pasukan Sultan Baabullah dapat menguasai benteng Portugis.
Keberhasilan Sultan Baabullah merebut benteng Sao Paolo mengakibatkan Portugis
menyerah dan meninggalkan Maluku. Lalu
Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan menaklukan timor pada tahun 1578. Dengan demikian Sultan Baabullah dapat menguasai sepenuhnya Maluku dan
pada masa pemerintahannya tahun 1570 – 1583 kerajaan Ternate mencapai
kejayaannya karena daerah kekuasaannya meluas terbentang antara Sulawesi sampai
Irian dan Mindanau sampai Bima, sehingga Sultan Baabullah mendapat julukan Tuan dari Tujuh
Pulau Dua Pulau.
III.
Kehidupan Politik
Kerajaan
Pada abad ke 12 M,
Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa meningkat pesat. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan penghasil rempah-rempah
terbesar (di
juluki sebagai “The Spicy Island”). Sehingga saat itu
dibuka perkebunan di daerah Pulau Buru, Seram dan Ambon .
Rempah-rempah
menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap
pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana, melewati rute
perdagangan tersebut. Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan
masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Karena permintaan
akan rempah-rempah yang meningkat dan dengan adanya kepentingan atas penguasa
perdagangan terjadilah persekutuan daerah antara kerajaan.
Persekutuan-persekutuan tersebut adalah Uli Lima (Persekutuan Lima).
Yaitu persekutuan antara lima saudara yang dipimpin oleh Ternate (yang meliputi
Obi, Bacan, Seram dan Ambon, serta Uli Siwa (persekutuan
Sembilan) yaitu persekutuan antara sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi
Pulau Tidore, Makyan, Jahilolo atau Halmahera dan pulau-pulau di daerah itu
sampai Papua.
Dengan
adanya perjanjian Saragosa, maka Portugis berkuasa di Maluku sedangkan Spanyol
harus meninggalkan Maluku dan memusatkan perhatiannya di Philipina. Dan akibat dari perjanjian
Saragosa, maka Portugis semakin leluasa dan menunjukkan keserakahannya untuk
menguasai dan memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Untuk dapat memperkuat kedudukannya di Maluku,
portugis mendirikan benteng yang diberi nama Benteng santo Paulo. Tindakan sewenang-wenang
Portugis menimbulkan kebencian di kalangan rakyat Ternate, bahkan bersama-sama
rakyat Tidore dan rakyat di pulau-pulau lainnya bersatu untuk melawan Portugis. Selain melakukan monopoli kedatangan Portugis
juga membawa dampak dalam kehidupan
beragama dan bermasyarakat di Maluku.
Rakyat Maluku menjadi menganut agama yang beragam. Ada yang menganut Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate
dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan
pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
IV.
Penyebab Mundurnya
Kerajaan
Ternate
dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak
berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua
kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut
terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan
Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang
masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Dengan
berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian
terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin
memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Dengan berlakunya politik
monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.
Selain hal tersebut, penyebab mundurnya
kerajaan Ternate dan Tidore juga datang dari aspek social, yaitu Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin
perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai
pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus
Xaverius.
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa. Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa. Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar